Studi kasus PPG 2025 dipilih oleh sistem?
Pada PPG 2024 guru memiliki kebebasan untuk memilih tema dan rancangan studi kasus. Namun, pada Studi Kasus PPG 2025, topik permasalahan ditentukan oleh sistem
Daftar isi
Kerangka Studi Kasus dan Ketentuan PPG 2025
Kerangka umum yang akan digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini adalah sebagai berikut:
- Permasalahan
- Solusi
- Hasil
- Refleksi
perbedaannya terletak pada topik permasalahan ditentukan secara acak oleh sistem, dari empat pilihan yang ada:
- Masalah Media Pembelajaran
- Masalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
- Masalah Strategi Pembelajaran
- Masalah Penilaian
Ini berarti guru harus mempersiapkan setidaknya empat alternatif jawaban solusi untuk setiap kemungkinan topik yang muncul.
oleh karena itu guru perlu memahami hal dasar permasalahan :
1. Masalah Media Pembelajaran
Media berfungsi sebagai alat bantu untuk mempermudah penyampaian materi, membuatnya lebih menarik, dan mudah dipahami.
Permasalahan pada topik media pembelajaran yang dihadapi: tantangan seringkali muncul dari keterbatasan sarana digital, kurangnya kompetensi guru dalam memanfaatkan teknologi, serta ketidaksesuaian media dengan kebutuhan siswa.
Sebagai contoh, video yang terlalu panjang bisa membosankan siswa, atau ketiadaan fasilitas seperti proyektor dan koneksi internet yang stabil membuat proses belajar menjadi kurang dinamis. Akibatnya, motivasi dan minat belajar menurun, dan tujuan pembelajaran sulit tercapai secara optimal.
Pelajari 7 jenis media pembelajaran PPG (klik disini)
2. Masalah Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
LKPD adalah instrumen yang mendorong siswa untuk memahami materi dan mengasah kemampuan berpikir kritis.
Permasalahan pada topik LKPD yang dihadapi: LKPD kerap menjadi kendala saat isinya terlalu padat, hanya berfokus pada soal hafalan, dan tidak disesuaikan dengan beragam tingkat kemampuan siswa. Hal ini bisa membuat siswa yang kesulitan merasa frustrasi, sementara siswa yang lebih cepat merasa jenuh. Desain visual yang kurang menarik juga mengurangi minat siswa untuk mengerjakannya. Dampaknya, tujuan pembelajaran yang berfokus pada aktivitas dan keterampilan berpikir kritis tidak tercapai secara maksimal.
Pelajari penjelasan LKPD dalam PPG (klik disini)
3. Masalah Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran atau model pembelajaran, sangat menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai kompetensi.
Permasalahan pada topik strategi pembelajaran yang dihadapi: strategi yang digunakan kurang bervariasi, tidak sesuai dengan topik pembelajaran, dan tidak selaras dengan karakteristik peserta didik.
Contohnya, metode ceramah yang dominan cenderung membuat siswa pasif, padahal kurikulum mengarahkan pada pembelajaran yang aktif dan kolaboratif. Selain itu, jika guru belum optimal dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, akan muncul kesenjangan di mana siswa berprestasi rendah tertinggal dan siswa berprestasi tinggi tidak terstimulasi secara maksimal.
Pelajari 8 model pembelajaran dalam PPG (klik disini)
4. Masalah Penilaian
Penilaian atau asesmen adalah komponen esensial untuk mengukur keberhasilan pembelajaran.
Permasalahan pada topik penilaian yang dihadapi: sering ditemukan penilaian yang lebih mengutamakan aspek kognitif (melalui tes tulis) dan mengabaikan aspek afektif serta psikomotor.
Misalnya, dalam mata pelajaran PJOK, penilaian lebih ditekankan pada teori daripada praktik. Penilaian yang hanya dilakukan di akhir periode pembelajaran juga menghambat guru untuk mendapatkan gambaran utuh tentang kemajuan siswa. Ditambah lagi, instrumen penilaian yang kurang valid dan andal bisa menghasilkan gambaran kemampuan siswa yang tidak akurat.
Pelajari pembagian asesmen dalam PPG (Klik disini)
Setelah memahami permasalahan dasar di atas maka, kita sudah siap merancang studi kasus sesuai mata pelajaran yang dihadapi
Contoh Studi kasus PPG 2025
Studi kasus Sejarah
Materi | Singkronis dan diakronis |
Kelas | X |
Permasalahan
Didalam pembelajaran sejarah, pada kelas X di SMA Garuda dengan topik Singkronis dan diakronis, hal yang pertama saya lakukan adalah melakukan analisis permasalahan :
- Peserta didik sering tertukar antara definisi singkronis dan diakronis
- Meskipun sudah diberikan contoh peserta didik kesulitan menghubungkannya dengan aktualisasi nyata
- Peserta didik tidak tahu apa manfaat belajar singkronis dan diakronis,
- Pembelajaran sejarah membosankan, mengantuk, karena metodenya ceramah
- Penilaian yang subjektif, penilaian terkadang melebar
pada bagian ini fokus menulis masalah
Solusi
setelah permaasalahan saya analisis maka saya merancang solusi permasalahannya
memilih strategi pembelajaran : saya akan menggunakan kerangka pembelajaran Understanding By Design, saya merancang dari pembahasan media, LKPD dan Assasment. cara menentukannya tentukan hasil yang ingin dicapai, maka saya akan fokus pada bagian itu. tentunya saya ingin :
- peserta didik dapat memahami singkronis diakronis
- peserta didik dapat menghubungkan singkronis dan diakronis secara aktual
- peserta didik dapat memahami manfaat belajar singkronis dan diakronis
membuat LKPD, saya membuat LKPD dalam bentuk tabel pebandingan dimana :
- saya akan memberikan "clue" atau "kata kunci" "singkronis = terpusat, "diakronis = terurai". artinya singkronis fokus mempelajari sejarah pada ruang itu, sedangkan diakronis fokus mempelajari sejarah pada waktu yang berbeda
- saya membuat daftar contoh singkronis dan diakronis, kemudian peserta didik diminta memilih
- Dari sini mereka akan mendiskusikannya dan meberikan alasannya
membuat Media pemebalajaran, saya membuat menggunakan PADLET berbasis web, situs ini akan membantu saya membuat media "Diakronis" berbentuk peta kedatangan bangsa spanyol dan portugis yang berbentuk peta pelayaran
sedangkan untuk asasmen, saya akan menggunakan bentuk asasmen test true/false, meskipun terkesan simple, disinilah kekuatannya. yaitu saya bisa lebih fokus membuat pertanyaan HOTS
pada bagian ini sistem hanya akan meminta 1 solusi, artinya tidak semua contoh diatas akan ditulis.
Hasil
dari hasil penerapan pembelajaran berbasis Understanding by Design dengan LKPD tabel perbandingan dengan media PADLET, serta asasmen Test true/false siswa mengalami peningkatan dari antusiasme serta peningkatan nilai tugas
hal ini karena LKPD dirancang dengan simple berupa tabel perbandingan. selain itu asasmen true/false tidak memberikan beban kepada peserta didik mereka bisa lebih fokus ke logika
pada bagian ini fokus menulis hasil yang bersifat positif
Refleksi
Setelah selesai melakukan pembelajaran ada hal-hal yang bisa saya rifleksikan :
Meskipun awalnya merancang desain pembelajaran, media pembelajaran, LKPD, Asasmen memerlukan waktu dan tenaga ekstra, namun dapat digunakan berulang kali nantinya pada kelas lain bahkan pada semester berikutnya.
pada bagian ini fokus menceritakan pengalaman diri
Kesimpulan
Dari sini kemampuan utama seorang guru merancang studi kasus adalah harus memahami konsep dasar, guru tidak perlu menguasai banyak teori, yang penting harus memahami hal fundamental tentang Strategi mengajar, LKPD, media, asasmen.
Guru juga harus menguasai materi sesuai bidangnya karena setiap materi memiliki tantangan yang berbeda.
dari kedua penjelasan diatas, jika guru sudah menguasai konsep dasar dan materi sesuai bidangnya maka akan mudah menghubungkan keduanya. sehinga akan muncul solusi yang bisa guru tulis dalam studi kasus nya
Daftar pustaka
Artikel ini kami kumpulkan dari beberapa referensi di google dan youtube, selanjutnya kami telaah ulang dengan pendekatan inteleksi
kami tidak menyarankan studi kasus untuk dihafal, sebaliknya kami membantu guru memahami hal yang paling dasar, yaitu "paham" salam inteleksi
Comments